Siang itu cuaca tak begitu terik, namun juga tidak mendung.
Angin kencang terus berhembus namun tetap terasa hangat menusuk tulang. Dengan kondisi yang tidak
begitu baik, aku putuskan untuk keluar, pergi melangkah mengikuti kemana kaki
hendak pergi. Aku berjalan terus tak tau apa yang ku pikirkan ,tak tau apa yang
hendak kulakukan, dan tak tau apa tujuanku untuk melangkah.
Tiba – tiba mataku terpaku pada sebuah taman, tidak besar
taman itu, namun taman itu cukup asri, banyak orang disana, apalagi anak bayi
yang sudah seharusnya seperti anak ku,
mengingat umurku sudah tak muda lagi sudah menginjak 27 tahun.
Lalu kuputuskan untuk ke taman itu karna kakipun sudah lelah
melangkah, aku berjalan menuju taman itu , banyak pohon rimbun disana , banyak
permainan untuk anak – anak disana, ingin sekali rasanya menghampiri mereka dan
bermain bersama mereka, namun rasanya tak mungkin, aku tak kenal mereka dan
mereka pun juga. Lalu ku undurkan niatku untuk menghampiri mereka, aku hanya
tersenyum dan melanjutkan langkah ku menuju sebuah pohon besar yang menurutku
sudah cukup tua namun tetap terawat, dedaunannya tetap terlihat begitu hijau.
Kakiku pun semakin terasa lemas, aku duduk di bawah pohon
itu, terasa begitu rimbun, begitu menyejukkan hati , ingin sekali rasanya melepas
semua beban dihati. Akupun bersandar dipohon itu, melihat ke atas langit terasa
begitu hangat, lalu ku lihat sekelilingku, anak – anak kecil yang penuh ceria
bermain, berlari, merangkak, tertawa dan bercanda. Terlihat sekali raut bahagia
diwajah mereka. Sejenak aku berpikir, mengapa aku tak bisa seperti mereka?
Mengapa aku tak coba untuk mencari kebahagiaanku seperti mereka? Mengapa aku
hanya diam dan menunggu?
Begitu banyak pertanyaan menyerang pikiranku, pikiranku
semakin kacau, badanku semakin lemas, terasa sedikit sesak didada seketika ku
hentikan pikiranku sebelum ia makin membuatku kacau. Kupejamkan mataku sambil
tetap bersandar dipohon besar itu, aku tersenyum mengingat masa laluku, begitu
manis, begitu indah, namun harus hilang begitu saja. Tanpa sadar ingin rasanya
kau menangis, namun ku hentikan, kurasa sudah cukup , sudah terlalu banyak air
mata mengalir, ku hentikan kembali pikiranku sebelum ia makin liar mengulang
masa lalu ku.
Ku buka mataku, aku tersentak kaget, seorang anak kecil
tengah duduk dibawah pohon yang sama denganku, tepat dan sama persis
disampingku, ia rapih dengan wangi khas seorang anak kecil, tampan, lucu dan
cukup menggemaskanku. Namun, dia sendirian disampingku, tanpa orang tua nya
ataupun temannya ataupun pengasuhnya, apakah ia datang seorang diri ke taman
ini? Apakah ia tersesat? Namun kurasa tak mungkin.
Seketika suaranya yang begitu halus mengagetkanku, ia
memanggilku, ia mengajakku bicara, sungguh senang rasanya... aku tercengang
saat dia bertanya padaku “Tante, sedang apa Tante disini?” aku menjawabnya
dengan senyuman, ia membalas senyumku, sungguh menggemaskan anak itu. Dan
akupun menjawab “Ya sayang, siapa namamu? lalu sedang apa kamu disini? Kamu
seorang diri?” anak itu pun menjawab “namaku Daren, aku tidak sendiri, ada mama
dan papa disana” dan ternyata semua yang
kupikirkan salah, ia tak seorang diri ia menunjuk ke suatu arah dimana dapat
kulihat terdapat ayah dan ibunya disana.
Mataku terpaku pada wanita dan pria disana, sepertinya aku
mengenal mereka, namun aku sedikit merasa ragu, ku pandangi mereka berdua terus
menerus dan akupun ingat!! Mereka adalah temanku semasa aku menduduki bangku
kuliah, aku mengenal mereka, Ida dan Rendy , aku tak begitu akrab dengan
mereka, namun setidaknya aku pernah menduduki bangku kuliah bersama mereka
selama 1 semester , memang singkat namun kami cukup saling kenal dan saling
menyapa bila bertemu.
Aku berdiri, menggandeng Daren dan menghampiri mereka. Ya ,
tak salah lagi, mereka Ida dan Rendy, kami banyak berbincang, mereka menikah 5
tahun yang lalu setelah mereka di wisuda, ketika mereka berumur 23 tahun,
mereka meminta maaf karna tak mengundangku, dan memang bukan salah mereka,
karna aku segera pergi dari Indonesia setelah menyelesaikan perkuliahanku, aku
memilih untuk menyingkir ke negri orang lain setelah lulus saat itu. Tak lama
aku di Singapure hanya 3 tahun, saat itu aku masih berumur 22 tahun. Aku pergi
tanpa memberi kabar pada siapapun kecuali keluargaku dan kedua sahabat baikku
Melisa dan Brenda.
Bukan salah Ida dan Rendy bila aku tak ada dalam daftar tamu
pernikahan mereka, karna aku yang meminta Melisa dan Brenda untuk
menyembunyikan keberadaanku pada siapapun. Aku pergi dengan kepahitan saat itu,
aku pergi dengan luka saat itu, namun 3 tahun berlalu, aku tetap kembali dengan
kepahitan, setidaknya tak bertambah parah dibandingkan dahulu.
Banyak berbincang dengan Ida dan Rendy akhirnya mereka pun
pamit karna waktupun sudah senja, dan akupun mempersilahkan mereka. Akupun
kembali ke bawah pohon itu, kembali bersandar, memejamkan mataku lagi. Mataku
terbuka, aku dikagetkan oleh daun yang jatuh tepat diwajahku, awalnya ku kira
anak kecil yang iseng sedang bermain, ternyata bukan, hanya sehelai daun yang
tertiup angin dan jatuh mengenaiku, sejenak aku terdiam, larut dalam lamunanku
sambil tetap memegang daun itu, dan lagi – lagi aku tersadar dari lamunanku
karna suara petir yang sangat keras dan aku sangat takut akan petir sejak
kecil. Aku menarik napas dalam – dalam dan melepaskannya, ingin bangkit dan
beranjak pulang, namun rasanya lebih tentram disini, seketika mataku menatap ke
seberang taman sana, aku tak dapat berkata apa – apa, air mata yang telah lama
ku tahan akhirnya tumpah juga, aku tak mampu lagi menahan air mata itu, ya ,
aku menangis , sesosok pria yang sudah sangat lama tak ku jumpa, sesosok pria
yang selalu mengusik pikiranku, sesosok pria yang membuatku pergi, membuatku
takut, dan membuatku menyendiri, Kevin sesosok pria yang selalu ku rindukan dan
aku tak tau sejak kapan ia disana, apakah ia memperhatikanku sejak tadi ataukah
ia baru datang.
Ia masa laluku yang dulu hendak kujadikan masa depanku namun
harus kulupakan karna terlalu banyak kesalahpahaman yang terjadi diantara kita,
ia masa laluku yang sudah sangat lama ku kubur. Kini dia hadir, berdiri tegap
di sebrang sana, menatapku. Aku diam , seluruh tubuhku terasa sanget lemah, aku
kembali bersandar, tak mampu untuk berdiri.
Dia datang ! ya, dia datang, menujuku, menghampiriku. Tak
tau apa yang harus kurasakan, aku tetap menangis, menumpahkan apa yang kutahan
selama bertahun-tahun lamanya. Hujan pun turun , sangat lebat , disertai dengan
petir yang begitu keras dan angin yang begitu kencang, aku menutup mataku dan
memeluk kakiku , aku takut, aku tak tau lagi apa yang terjadi. Ada yang
memelukku , aku membuka sedikit mataku, Kevin, Kevin memelukku, ia tahu persis
aku kedinginan, ia tahu persis aku merasa takut, ia memelukku erat, bahkan
sangat erat,aku diam, antara percaya dan tidak.
“aku mencarimu, jangan pergi lagi, mengapa harus pergi tanpa
kabar apapun, aku merindukanmu” terasa begitu menampar ketika mendengar ia
berkata demikian, aku memeluknya erat, “aku takkan pergi lagi, sungguh membuang
waktuku untuk pergi dan berharap bisa melupakanmu” hanya itu yang bisa ku
katakan saat itu. Mulai saat itu tidak ada lagi kepahitan dalam hidupku ,
terutama hidup kami. Kami pun memutuskan untuk menikah tahun depan dengan
segala persiapan yang ada, dan kami hidup bahagia sejak saat itu, sampai
akhirnya kami dipisahkan olehNya dan dipertemukan kembali diatas sana JJJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar